Langsung ke konten utama

Cepat membaik Merapiku

3 Juni 2018

Usai ujian akhir di SMA dan sebelum pengumuman aku dan temanku sudah  berencana untuk pergi mendaki gunung,tepatnya Gunung Merapi di Jawa Tengah. Sejak itu pula aku mulai menabung untuk biaya perjalanan dan bekal yang akan aku bawa. Dan aku sudah bilang kepada orang tuaku tentang rencana itu. Pertama aku izin ummiku selalu balik bertanya apakah waktunya aman dan sudah tidak bermasalah terkait pendaftaran masuk kuliah.

 Aku tetap berusaha meyakinkan orang tuaku agar rencana tersebut dapat berjalan dengan dan terlaksana. Sedikit demi sedikit aku sudah mulai meliris bawaan yang akan aku bawa untuk mendaki. Aku mulai mencek barang-barang besar dan kebutuhan pribadi. Bahkan aku sampai-sampai menyisihkan uang jajan untuk membeli barang-barang perlengkapan yang akan aku bawa.

 Hari-haripun berlalu melewati sehingga semakin mendekatlah waktu untuk keberangkatanku menuju Jawa Tengah untuk menikmati keindahan alam disekirat Gunung Merapi.  Aku brencana untuk ke sana menggunakan kereta api. Karena jika ingin menggunakan kereta api harus segera membeli tiket selama kurang lebih tiga bulan.

 Aku dan temanku segera membeli tiket kereta api dan sejak tahu waktu keberangkatan aku mulai menyiapkan barang –barang yang akan dibawa dan bekal yang dibutuhkan pun sudah aku mulai catat dengan rinci, agar nantinya aku tidak mengalami kekurangan perbekalan ataupun perlengkapannya.

 Dua hari menjelang keberangkatan aku dan temanku saling mengingatkan barang dan bekal yang harus kubawa nantinya sudah mulai dikumpulkan baik keperluan pribadi maupunkeperluan  bersama. Dari ceril sampai makanan. Alhamdulillah sejak awal sampai menjelang keberangkatan segalanya lancar-lancar saja, begitu pla harapannku semoga perjalanan menuju tempat yang ditunupun dilancarkan.

 Saat itu pula aku semakin meyakinkan orang tua ku akan keberangkatanku menuju Merapi yang sangat kuidamkan dapat menuju puncaknya. Akhirnya orang tuaku mengizinkan aku untuk berangkat dan ummiku juga memberikan uang untuk bekal dan biaya yang harus aku bawa. 

 Sejak keberangkatanku, menuju Kota Jawa tepatnya Jawa Tengah aku sudah berangan dengan kedua temanku untuk dapat mendaki Gunung Merapi tersebut yang tepatnya terletak di  Desa Selo Jawa Tengah. Keinginan ini memang sudah lama aku niatkan dan bagiku ketika  berhasil dalam mendaki sampai ke puncak gunung hal ini merupakan suatu keberhasilan yang luar biasa dan sangat bangga sehingga sangat menyenangkan, bahkan menjadi catatan sejarah pengalaman pribadi yang tak akan terlupa sepanjang masa.

 Akhirnya aku dan kedua temanku berpamitan dengan orang tuaku untuk berangkat menuju Kota Jawa, aku berangkat bersama dengan menggunakan kereta  api. Aku berangkat dari stasiun Pondokcina menuju stasiun  Pasar Senen sejak di perjalanan tepatnya di gerbong kereta aku dan kedua temanku sudah berangan dan membayangkan akan naik ke puncak Gunung Merapi tersebut.

 Alhamdulillah sampailah aku di peron Stasiun Pasar Senen. Ternyata aku masih mempunyai waktu yang cukup untuk menunggu keberangkatan kereta  akhirnya aku istirahat sejenak sebelum menuju gerbong yang akan aku naiki. Lalu aku langsung bergegas menuju kereta api yang akan kunaiki menuju Kota Semarang  akhirnya kami memasuki gerbong ketera api tersebut. Perjalanan menuju Kota Semarang cukup panjang sekitar 12 jam. Sepanjang perjalanan kami berangan agar bisa menaiki puncak Merapi.

 Sesampainya kami di stasiun Semarang Poncol, kami menyempatkan berkunjung ke wisata peninggalan sejarah yang ada di daerah Semarang yaitu Lawang Sewu. Setelah saya berkunjung ke Lawang Sewu, kami melanjutkan perjalanan ke desa Selo. perjalanan ke desa tersebut harus menaiki angkutan umum, sesampainya di Desa Selo kami beristirahat sebentar dibase camp dan mulai menyiapkan barang-barang yang cukup, setelah itu kami bertiga mulai berdoa meminta supaya selamat kembali sampai ke tempat pertama kali memulai perjalanan. 

 Perjalanan kami mulai malam hari jam 9 malam, cuacanya lumayan sejuk tetapi sangat dingin. Kami pun berjalan sebagaimana semestinya tidak terburu-buru dan tidak terlalu santai. perjalanan cukup lama dan kami baru sampai di tempat untuk bertenda waktu subuh, setelah sholat subuh kami menyantap makanan dan setelah itu tidur sebentar. Setelah matahari sudah tinggi di atas kepala kami pun melanjutkan perjalanan ke Pasar Burbah (batas terakhir pendakian). Sesampainya di Pasar Burbah kami melihat puncak gunung Merapi yang sangat gagah, saya memiliki rasa ingin mencapai puncak Merapi tersebut. akhirnya kami memutuskan lanjut sampai puncak Merapi, perjalanan cukup sulit disaat kami melangkah 1 langkah mundur 2 langkah, dikarenakan track yang berbatu bercampur pasir. Akhirnya kami sampai juga di atap pulau Jawa, suatu kebanggaan di dalam diri aku. Setelah itu kami kembali melakukan perjalanan ke basecamp, tempat pertama memulai perjalanan.

 Sesampainya di basecamp kami beristirahat yang cukup hingga hari berganti,  pagi menjelang kami memesan makanan khas sana yaitu nasi rames, selama makan kami bercerita tentang perjalan yang kami lakukan kemarin dan tiba-tiba ada warga yang kepanikan, entah sebab apa saya dan teman saya masih tidak menghiraukan hal itu. ternyata yang terjadi adalah Merapi mengeluarkan letusan yang cukup membuat warga sekitar sangat panik karena pemberitahuan sebelumnya tentang aktivitas Merapi itu normal saja dan boleh didaki. Kami pun sangat panik, nasi saya belum habis dan ketika saya ingin membayar dilarang karena sangat paniknya warga sekitar. Kami bergegas menuju ke bawah, kami pun masih bingung ingin ke mana arah tujuannya.

 Walau demikian kami tetap semangat dan berusaha untuk dapat kembali ke kampung halaman, sesampainya di bawah kami bergegas untuk dapat kembali dalam kondisi selamat dan sehat walafiat. Selama diperjalanan kami tetap dalam kondisi cemas  dan gemetar, karena pengalaman ini sangat mengejutkan dan tak terbayangkan sebelumnya. Apalagi kami berada di kampung orang dan usia kami pun belum cukup mapan untuk menghadapi peristiwa ini.

 Aku hanya bisa mengirim foto tentang kondisi aku dan temanku yang seperti anak kehilangan induk, kepada orang tuaku. Karena aku khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan saat itu. Namun karena aku masih yakin bahwa Allah Maha Pelindung dan Penyayang kepada HambaNya, maka perlahan rasa panik dan cemas tersebut menghilang. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke Depok.

 Setelah aku membaca kembali kabar dari ummiku berkomentar tentang aku hanya biasa saja, seolah tak terjadi sesuatu yang membahayakan karena kebetulan ummi saat itu membaca kabar dariku di perjalanan pulang setelah mengajar, sepertinya tidak fokus dengan kabar yang baru saja aku sampaikan. Tak lama kemudian rupanya ummi pun melihat berita di televisi kalau baru saja terjadi erupsi di Gunung Merapi Semarang ummi langsung menanyakan bagaimana keadaanku saat ini. Namun karena sinyal saat itu tidak baik maka aku tak bisa langsung menjawab pertanyaan ummi secara langsung.

 Dan aku sempat putus komunikasi dengan ummiku saat itu karena gangguaan sinyal, aku dan temanku berusaha untuk dapat kembali dengan cepat, namun karena di luar rencana pulang lebih awal. Awalnya aku pulang ingin naik kereta kembali, namun karena keadaan darurat akhirnya aku putuskan untuk naik bus seadanya yang ada dibenak pikirannku segera kembali ke rumah dengan selamat.

 Dalam kondisi panik dan rasa gemetar masih saja terasa akirnya aku menuju terminal bus, dan naiklah bus menuju Depok. Perjalanan yang aku tempuh saat itu adalah 18 jam pada saat di bus aku dan kedua temanku tidak dapat berkata apapun hanya berdoa-dan berdoa karena kejadian yang aku alami sangatlah membuat hati dan diri ini scok karena ini merupakan pengalaman yang cukup mengejutkan dikarenaka aku berada jauh dari kedua orang tuaku.

 Pengalaman ini sangatlah berharga dalam hidupku, karena cukup menggetarkan diri untuk lebih mawas diri dan selalu berlindung kepada Allah Sang Pencipta, agar selalu terlindungi dan terjaga dari mala petaka dan bencana di manapun kami berada. Padahal sesungguhnya aku masih ingin menikmati keindahan alam di merapi masih beberapa lama lagi.

 Ternyata takdir berkata lain, dengan kejadian ini aku merasa semakin tak punya kekuatan sebagai manusia hanya kepada Allah segalanya aku pasrahkan dan serahkan segala hidup dan matiku. Harapanku tetap tertancap akan stabilnya kondisi Merapi segera dan kembali normal kembali agar semua pencinta alam akan dapat menikmati indahnya keberadaan merapi saat berada di puncaknya.

 Siapapun dia sang pencita alam akan tetap mendambakan dan merindukan keberadaan normal Merapiku, agar dapat digunakan kembali dalam kenyamanan dan menjadi kebanggaan yang tek terbayarkan oleh materi pengalaman berada di puncak Merapiku, seperti apa yang aku rasakan saat aku berada di atas puncak tersebut.

 Alhamdulillah juga kejadian erupsinya baru terjadi di saat aku sudah berada di bascam sehingga tidak menggagalkan aku untuk mencapai puncak Merapi saat itu. Walau demikian pengalaman itu tak menjadi aku gentar dan takut untuk mendaki kembali, bahkan pengalaman ini menjadi penyemangat aku untuk dapat menjelajahi gunung-gunung yang lebih besar dan tinggi dari Gunung Merapi ini.

 Usai ujian akhir di SMA dan sebelum pengumuman aku dan temanku sudah  berencana untuk pergi mendaki gunung,tepatnya Gunung Merapi di Jawa Tengah. Sejak itu pula aku mulai menabung untuk biaya perjalanan dan bekal yang akan aku bawa. Dan aku sudah bilang kepada orang tuaku tentang rencana itu. Pertama aku izin ummiku selalu balik bertanya apakah waktunya aman dan sudah tidak bermasalah terkait pendaftaran masuk kuliah.

 Aku tetap berusaha meyakinkan orang tuaku agar rencana tersebut dapat berjalan dengan dan terlaksana. Sedikit demi sedikit aku sudah mulai meliris bawaan yang akan aku bawa untuk mendaki. Aku mulai mencek barang-barang besar dan kebutuhan pribadi. Bahkan aku sampai-sampai menyisihkan uang jajan untuk membeli barang-barang perlengkapan yang akan aku bawa.

 Hari-haripun berlalu melewati sehingga semakin mendekatlah waktu untuk keberangkatanku menuju Jawa Tengah untuk menikmati keindahan alam disekirat Gunung Merapi.  Aku brencana untuk ke sana menggunakan kereta api. Karena jika ingin menggunakan kereta api harus segera membeli tiket selama kurang lebih tiga bulan.

 Aku dan temanku segera membeli tiket kereta api dan sejak tahu waktu keberangkatan aku mulai menyiapkan barang –barang yang akan dibawa dan bekal yang dibutuhkan pun sudah aku mulai catat dengan rinci, agar nantinya aku tidak mengalami kekurangan perbekalan ataupun perlengkapannya.

 Dua hari menjelang keberangkatan aku dan temanku saling mengingatkan barang dan bekal yang harus kubawa nantinya sudah mulai dikumpulkan baik keperluan pribadi maupunkeperluan  bersama. Dari ceril sampai makanan. Alhamdulillah sejak awal sampai menjelang keberangkatan segalanya lancar-lancar saja, begitu pla harapannku semoga perjalanan menuju tempat yang ditunupun dilancarkan.

 Saat itu pula aku semakin meyakinkan orang tua ku akan keberangkatanku menuju Merapi yang sangat kuidamkan dapat menuju puncaknya. Akhirnya orang tuaku mengizinkan aku untuk berangkat dan ummiku juga memberikan uang untuk bekal dan biaya yang harus aku bawa. 

 Sejak keberangkatanku, menuju Kota Jawa tepatnya Jawa Tengah aku sudah berangan dengan kedua temanku untuk dapat mendaki Gunung Merapi tersebut yang tepatnya terletak di  Desa Selo Jawa Tengah. Keinginan ini memang sudah lama aku niatkan dan bagiku ketika  berhasil dalam mendaki sampai ke puncak gunung hal ini merupakan suatu keberhasilan yang luar biasa dan sangat bangga sehingga sangat menyenangkan, bahkan menjadi catatan sejarah pengalaman pribadi yang tak akan terlupa sepanjang masa.

 Akhirnya aku dan kedua temanku berpamitan dengan orang tuaku untuk berangkat menuju Kota Jawa, aku berangkat bersama dengan menggunakan kereta  api. Aku berangkat dari stasiun Pondokcina menuju stasiun  Pasar Senen sejak di perjalanan tepatnya di gerbong kereta aku dan kedua temanku sudah berangan dan membayangkan akan naik ke puncak Gunung Merapi tersebut.

 Alhamdulillah sampailah aku di peron Stasiun Pasar Senen. Ternyata aku masih mempunyai waktu yang cukup untuk menunggu keberangkatan kereta  akhirnya aku istirahat sejenak sebelum menuju gerbong yang akan aku naiki. Lalu aku langsung bergegas menuju kereta api yang akan kunaiki menuju Kota Semarang  akhirnya kami memasuki gerbong ketera api tersebut. Perjalanan menuju Kota Semarang cukup panjang sekitar 12 jam. Sepanjang perjalanan kami berangan agar bisa menaiki puncak Merapi.

 Sesampainya kami di stasiun Semarang Poncol, kami menyempatkan berkunjung ke wisata peninggalan sejarah yang ada di daerah Semarang yaitu Lawang Sewu. Setelah saya berkunjung ke Lawang Sewu, kami melanjutkan perjalanan ke desa Selo. perjalanan ke desa tersebut harus menaiki angkutan umum, sesampainya di Desa Selo kami beristirahat sebentar dibase camp dan mulai menyiapkan barang-barang yang cukup, setelah itu kami bertiga mulai berdoa meminta supaya selamat kembali sampai ke tempat pertama kali memulai perjalanan. 

 Perjalanan kami mulai malam hari jam 9 malam, cuacanya lumayan sejuk tetapi sangat dingin. Kami pun berjalan sebagaimana semestinya tidak terburu-buru dan tidak terlalu santai. perjalanan cukup lama dan kami baru sampai di tempat untuk bertenda waktu subuh, setelah sholat subuh kami menyantap makanan dan setelah itu tidur sebentar. Setelah matahari sudah tinggi di atas kepala kami pun melanjutkan perjalanan ke Pasar Burbah (batas terakhir pendakian). Sesampainya di Pasar Burbah kami melihat puncak gunung Merapi yang sangat gagah, saya memiliki rasa ingin mencapai puncak Merapi tersebut. akhirnya kami memutuskan lanjut sampai puncak Merapi, perjalanan cukup sulit disaat kami melangkah 1 langkah mundur 2 langkah, dikarenakan track yang berbatu bercampur pasir. Akhirnya kami sampai juga di atap pulau Jawa, suatu kebanggaan di dalam diri aku. Setelah itu kami kembali melakukan perjalanan ke basecamp, tempat pertama memulai perjalanan.

 Sesampainya di basecamp kami beristirahat yang cukup hingga hari berganti,  pagi menjelang kami memesan makanan khas sana yaitu nasi rames, selama makan kami bercerita tentang perjalan yang kami lakukan kemarin dan tiba-tiba ada warga yang kepanikan, entah sebab apa saya dan teman saya masih tidak menghiraukan hal itu. ternyata yang terjadi adalah Merapi mengeluarkan letusan yang cukup membuat warga sekitar sangat panik karena pemberitahuan sebelumnya tentang aktivitas Merapi itu normal saja dan boleh didaki. Kami pun sangat panik, nasi saya belum habis dan ketika saya ingin membayar dilarang karena sangat paniknya warga sekitar. Kami bergegas menuju ke bawah, kami pun masih bingung ingin ke mana arah tujuannya.

 Walau demikian kami tetap semangat dan berusaha untuk dapat kembali ke kampung halaman, sesampainya di bawah kami bergegas untuk dapat kembali dalam kondisi selamat dan sehat walafiat. Selama diperjalanan kami tetap dalam kondisi cemas  dan gemetar, karena pengalaman ini sangat mengejutkan dan tak terbayangkan sebelumnya. Apalagi kami berada di kampung orang dan usia kami pun belum cukup mapan untuk menghadapi peristiwa ini.

 Aku hanya bisa mengirim foto tentang kondisi aku dan temanku yang seperti anak kehilangan induk, kepada orang tuaku. Karena aku khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan saat itu. Namun karena aku masih yakin bahwa Allah Maha Pelindung dan Penyayang kepada HambaNya, maka perlahan rasa panik dan cemas tersebut menghilang. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke Depok.

 Setelah aku membaca kembali kabar dari ummiku berkomentar tentang aku hanya biasa saja, seolah tak terjadi sesuatu yang membahayakan karena kebetulan ummi saat itu membaca kabar dariku di perjalanan pulang setelah mengajar, sepertinya tidak fokus dengan kabar yang baru saja aku sampaikan. Tak lama kemudian rupanya ummi pun melihat berita di televisi kalau baru saja terjadi erupsi di Gunung Merapi Semarang ummi langsung menanyakan bagaimana keadaanku saat ini. Namun karena sinyal saat itu tidak baik maka aku tak bisa langsung menjawab pertanyaan ummi secara langsung.

 Dan aku sempat putus komunikasi dengan ummiku saat itu karena gangguaan sinyal, aku dan temanku berusaha untuk dapat kembali dengan cepat, namun karena di luar rencana pulang lebih awal. Awalnya aku pulang ingin naik kereta kembali, namun karena keadaan darurat akhirnya aku putuskan untuk naik bus seadanya yang ada dibenak pikirannku segera kembali ke rumah dengan selamat.

 Dalam kondisi panik dan rasa gemetar masih saja terasa akirnya aku menuju terminal bus, dan naiklah bus menuju Depok. Perjalanan yang aku tempuh saat itu adalah 18 jam pada saat di bus aku dan kedua temanku tidak dapat berkata apapun hanya berdoa-dan berdoa karena kejadian yang aku alami sangatlah membuat hati dan diri ini scok karena ini merupakan pengalaman yang cukup mengejutkan dikarenaka aku berada jauh dari kedua orang tuaku.

 Pengalaman ini sangatlah berharga dalam hidupku, karena cukup menggetarkan diri untuk lebih mawas diri dan selalu berlindung kepada Allah Sang Pencipta, agar selalu terlindungi dan terjaga dari mala petaka dan bencana di manapun kami berada. Padahal sesungguhnya aku masih ingin menikmati keindahan alam di merapi masih beberapa lama lagi.

 Ternyata takdir berkata lain, dengan kejadian ini aku merasa semakin tak punya kekuatan sebagai manusia hanya kepada Allah segalanya aku pasrahkan dan serahkan segala hidup dan matiku. Harapanku tetap tertancap akan stabilnya kondisi Merapi segera dan kembali normal kembali agar semua pencinta alam akan dapat menikmati indahnya keberadaan merapi saat berada di puncaknya.

 Siapapun dia sang pencita alam akan tetap mendambakan dan merindukan keberadaan normal Merapiku, agar dapat digunakan kembali dalam kenyamanan dan menjadi kebanggaan yang tek terbayarkan oleh materi pengalaman berada di puncak Merapiku, seperti apa yang aku rasakan saat aku berada di atas puncak tersebut.

 Alhamdulillah juga kejadian erupsinya baru terjadi di saat aku sudah berada di bascam sehingga tidak menggagalkan aku untuk mencapai puncak Merapi saat itu. Walau demikian pengalaman itu tak menjadi aku gentar dan takut untuk mendaki kembali, bahkan pengalaman ini menjadi penyemangat aku untuk dapat menjelajahi gunung-gunung yang lebih besar dan tinggi dari Gunung Merapi ini.

Edit by: Hikmawati S.Pd.










Komentar

  1. Brik ada yang kurang hurufnya...
    Trus klo buat bahasa menurut gw kaku karena nama blok lu konyol...
    Itu aja sih ������

    BalasHapus

Posting Komentar